Follow @Bakso Kutut untuk mendapatkan hadiah dari kuis2 kami ....

Kamis, 02 Februari 2012

[Bisnis-Smart] Ayo, Jadi Kecap Nomor Dua..!

Memang tidak ada kecap yang diberi label nomor 2 di pasar, semua nomor 1.  Trik seperti ini dilakukan tidak saja untuk membuat calon konsumen tergiur, tapi juga sekaligus untuk “menggertak” pesaing agar berfikir 2 kali sebelum terjun ke kancah yang sama.  Dan memang bagi yang bernyali kecil, daripada harus berdarah-darah bertarung dengan si nomor 1, lebih baik cari lahan lain yang lebih aman saja.
 
Tapi tidak bagi yang bermental jawara.  Kemarin orang lain boleh muncul sebagai nomor 1 – dan saya nomor 2 -- namun hari ini harus saya yang nomor 1.  Kalau hari ini masih orang lain yang nomor 1 – dan saya nomor 2 -  besok giliran saya yang nomor 1. Kalau besok masih juga orang lain yang menjadi nomor 1, itu artinya besok lusalah giliran saya. Demikian kira-kira falsafah hidup mereka.
 
Para jawara tidak pernah putus asa, apalagi kalah sebelum berperang. Bagi mereka, nomor 2 berarti PERINGKAT UTAMA dari sederetan penantang.  Dan, itu sungguh  terhormat. Kenyataannya, sebagian masyarakat justru menaruh respek pada si nomor 2 ini.
 
Dulu, sewaktu film “The Man From UNCLE” menjadi top box office, David McCallum yang memerankan tokoh nomor 2 Illya Kuryakin, tidak kalah populer dengan pemeran utamanya, Robert Vaughn yang melakonkan tokoh Napoleon Solo.
 
Jackie Chan, selama bertahun-tahun menjadi nomor 2, karena citranya selalu jatuh di bawah bayang-bayang sang maestro, Bruce Lee.  Namun, setelah sadar bahwa ia tidak mungkin menjiplak tokoh idolanya itu, ia berhasil menjadi diri sendiri yang pada akhirnya membuat dirinya  sukses, kaya dan populer.
 
Muhammad Ali malah mungkin belum pantas dianggap nomor 2 ketika berhadapan dengan juara dunia kelas berat Sony Liston, yang telah membunuh sejumlah petinju di atas ring (dalam arti sebenarnya!).  Tapi toh ia bisa menang.  Demikian juga dengan Evander Hollyfield, sang nomor 2 yang mengkanvaskan si leher beton Mike Tyson.
 
Pepsi Cola selama puluhan tahun menjadi nomor 2 di mata masyarakat.  Namun apakah itu berarti Pepsi kurang populer atau kurang berkualitas? Sama sekali tidak.  Pepsi sangat dikenal dan dihormati tidak saja sebagai produk bermutu, tapi boleh dikata ialah yang dinobatkan orang sebagai pesaing terberat Coca Cola.
 
Apple tidak pernah surut bersaing dengan IBM.  Meski diterpa berbagai kesulitan yang menyebabkannya harus jatuh bangun, Apple tetap menjadi salah satu bintang terang di dunia teknologi informasi. 
 
Apa arti semua itu? Tidak lain bahwa, dalam kehidupan ini tidak seyogyanyalah kita merasa kecil.  Tidak peduli kita ada di peringkat berapa saat ini, nomor 2 atau 200 sekali pun, itu tidak penting.  Yang penting adalah kita saat nanti, saat perjuangan  mati-matian telah kita lakukan, maka sedikit atau banyak, kecil atau besar, perubahan pasti terjadi.  
 
Copas dari email rusmanjh@yahoo.com di binis-smart@yahoogroups.com 
 
Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar