Memang tidak ada kecap yang diberi label nomor 2 di pasar,
semua nomor 1. Trik seperti ini
dilakukan tidak saja untuk membuat calon konsumen tergiur, tapi juga sekaligus untuk
“menggertak” pesaing agar berfikir 2 kali sebelum terjun ke kancah yang
sama. Dan memang bagi yang bernyali
kecil, daripada harus berdarah-darah bertarung dengan si nomor 1, lebih baik
cari lahan lain yang lebih aman saja.
Tapi tidak bagi yang bermental jawara. Kemarin orang lain boleh muncul sebagai nomor
1 – dan saya nomor 2 -- namun hari ini harus saya yang nomor 1. Kalau hari ini masih orang lain yang nomor 1
– dan saya nomor 2 - besok giliran saya yang
nomor 1. Kalau besok masih juga orang lain yang menjadi nomor 1, itu artinya
besok lusalah giliran saya. Demikian kira-kira falsafah hidup mereka.
Para jawara tidak pernah
putus asa, apalagi kalah sebelum berperang. Bagi mereka, nomor 2 berarti PERINGKAT
UTAMA dari sederetan penantang. Dan,
itu sungguh terhormat. Kenyataannya, sebagian
masyarakat justru menaruh respek pada si nomor 2 ini.
Dulu, sewaktu film “The Man From UNCLE” menjadi top box office, David McCallum yang
memerankan tokoh nomor 2 Illya Kuryakin, tidak kalah populer dengan pemeran
utamanya, Robert Vaughn yang melakonkan tokoh Napoleon Solo.
Jackie Chan, selama bertahun-tahun menjadi nomor 2, karena
citranya selalu jatuh di bawah bayang-bayang sang maestro, Bruce Lee. Namun, setelah sadar bahwa ia tidak mungkin
menjiplak tokoh idolanya itu, ia berhasil menjadi diri sendiri yang pada
akhirnya membuat dirinya sukses, kaya
dan populer.
Muhammad Ali malah mungkin belum pantas dianggap nomor 2
ketika berhadapan dengan juara dunia kelas berat Sony Liston, yang telah
membunuh sejumlah petinju di atas ring (dalam arti sebenarnya!). Tapi toh ia bisa menang. Demikian juga dengan Evander Hollyfield, sang
nomor 2 yang mengkanvaskan si leher beton Mike Tyson.
Pepsi Cola selama puluhan tahun menjadi nomor 2 di mata
masyarakat. Namun apakah itu berarti
Pepsi kurang populer atau kurang berkualitas? Sama sekali tidak. Pepsi sangat dikenal dan dihormati tidak saja
sebagai produk bermutu, tapi boleh dikata ialah yang dinobatkan orang sebagai pesaing
terberat Coca Cola.
Apple tidak pernah surut bersaing dengan IBM. Meski diterpa berbagai kesulitan yang
menyebabkannya harus jatuh bangun, Apple tetap menjadi salah satu bintang terang
di dunia teknologi informasi.
Apa arti semua itu? Tidak lain bahwa, dalam kehidupan ini
tidak seyogyanyalah kita merasa kecil.
Tidak peduli kita ada di peringkat berapa saat ini, nomor 2 atau 200
sekali pun, itu tidak penting. Yang
penting adalah kita saat nanti, saat perjuangan
mati-matian telah kita lakukan, maka sedikit atau banyak, kecil atau
besar, perubahan pasti terjadi.
Copas dari email rusmanjh@yahoo.com di binis-smart@yahoogroups.com
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar